Yogyakarta, 24 Agustus 2014
Yth.
Presiden
Republik Indonesia
Ir.H.Joko
Widodo
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Pertama
kami ucapkan selamat atas terpilihnya Bapak pada pemilihan umum 2014 sebagai
Presiden RI. Semoga sukses dalam memimpin Indonesia menuju masa yang lebih
baik.
Bapak presiden yang kami hormati,
kami selaku rakyat Indonesia dan mahasiswa khususnya tentu mengidam-idamkan negara
yang tentram, damai, aman, adil dan sejahtera keseluruhan rakyatnya. Namun,
banyak kami lihat dan ketahui bahwa masih banyak saudara kami yang
tertatih-tatih karena kehidupan ekonomi yang kian mencekik ditengah-tengah para
pejabat tinggi dan elit politik yang sedang asyik menikmati jutaan rupiah yang
mereka dapatkan bahkan seperti yang kita ketahui tak jarang rupiah-rupiah yang
mereka dapatkan tersebut didapat dari cara yang kurang terpuji dan
menyengkarakan rakyat.
Bapak presiden yang kami hormati, berbicara tentang
pendidikan di Indonesia, kami selaku mahasiswa baru terus terang saat ini masih
bingung dan bimbang karena ada banyak kenyataan yang kami lihat masih banyak
permasalahan di bidang pendidikan.
Yang pertama, tentang tidak meratanya fasilitas pendidikan
di Indonesia. Jika melihat jauh di luar sana, banyak adik-adik kita yang
tinggal di daerah yang terisolir, mereka sangat kurang mendapatkan fasilitas
pendidikan yang memadai. Padahal jika melihat semangat mereka yang luar biasa
itu, sangat jauh berbeda atas yang di dapatkan dalam hal pendidikan, baik dari
segi kwalitas, kwantitas, serta hak yang harus di dapat. Tak jarang jika
melihat pada berita di surat kabar, sungguh memprihatinkan. Mereka sangat
terbatas untuk mendapatkan oendidikan yang layak, buku-buku yang layak,
seragam, daan kebutuhan yang harus di dapat seperti pengajar yang profesional
dalam bidangnya. Kami harap bapak lebih memperhatikan hal tersebut, karena
sesungguhnya masih banyak adik-adik kami yang berbakat dan cerdas tetapi tidak
mendapatkan perhatian. Sungguh sangat berbeda keadaan seperti di kota-kota
besar yang sangat mudahnya untuk mendapatkan berbagai fasilitas yang memadai.
Yang kedua, Para pejuang-pejuang pendidikan seperti guru
honorer atau para staff yang bekerja dalam bidang pendidikan banyak yang belum
mendapatkan kehidupan yang layak, upah yang sedikit, dan jaminan kesejahteraan
yang kurang. Padahal para pejuang-pejuang pendidikan ini merupakan pahlawan
yang berjasa dalam mencetak generasi muda yang nantinya menjadi orang-orang
hebat di negara ini. Dan seharusnya para pejuang pendidikan ini mendapatkan
kesejahteraan seperti para abdi negara lainnya.
Yang ketiga, banyak senior-senior yang telah berhasil meraih
gelar sarjana masih terombang-ambing ketidak pastian diluar sana. Sejauh ini
kami beranggapan kami gelar sarjana sekalipun tidak menjamin mudahnya
mendapatkan pekerjaan. Dan tidak jarang orang-orang diluar sana yang meperoleh
ijazah dengan cara yang mudah dan cepat “membeli ijazah” lebih mudah
mendapatkankan pekerjaan dibandingkan dengan orang-orang yang bersungguh
mengikuti perkuliahan. Secara logika, sangat tidak mungkin jika tidak ada
peranan “uang” atau peranan oknum-oknum terkait dalam hal tersebut. Lagi-lagi
uang yang berbicara.
Sungguh menggelikan jika semua urusan harus ada peranan
“uang” meskipun sebenarnya ketika itu uang tidak perlu untuk keluar. Kemudian
jika ada orang yang berpotensi besar dalam bidangnya tapi tidak bisa berbuat
banyak karena dia seorang yang lemah, apa tidak sangat sayangkan jika anak negeri
mengalami hal tersebut? Apa negara juga tidak merasa rugi jika berpotensi ini
pada akhirnya hanya bisa menjadi tukang sayur atau penjual gorengan di tepi
jalan atau profesi sejenis lainnya?
Berbagai macam pernyataan di atas
telah bekecamuk di benak kami selama ini. Benar jika orang berkata bahwa kami
hanya orang kecil, orang yang lemah, orang yang kegunaannya tidak terlalu
diperhitungkan di negeri ini. Tetapi kami juga mempunyai hak hidup layak dan
mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum di Indonesia ini.
Kami sangat berharap banyak kepada
bapak selaku pemimpin negara ini untuk segera membenahi segala sesuatu yang
salah dan ganjal di negara ini. Semoga bapak dan pejabat-pejabat yang duduk di
kursi istimewa dapat memperhatikan masalah pendidikan yang di hadapi Indonesia
ini.
Terima kasih atas perhatian bapak
yang mungkin telah menyempatkan waktu untuk membaca surat ini. Apabila ada
kata-kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Hormat
Kami,
Yuniliana
Nurafni Renaldiyanto
Fakultas Ilmu Pendidkan
Universitas Negeri Yogyakarta