BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kesehariannya tidak
akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna
kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu
kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan
kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak
berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan
menggunakan kebudayaan.
Rasa saling menghormati dan menghargai
akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai
alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas
suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia
dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada
akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk
sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang
lain yaitu kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu
disebabkan mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di
manapun memiliki kebudayaan yang masing-masing. Sebagai contoh kebudayaan yang
terdapat di Kelurahan Sendang Agung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Upacara Adat Tunggul Wulung yang telah
berlangsung secara turun-temurun dan selalu diperingati setiap tahunnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
manusia dan budaya?
2.
Apa fungsi budaya bagi manusia?
3.
Unsur
– unsur apa saja yang memengaruhi kebudayaan?
4.
Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
5.
Apa arti dan tujuan kebudayaan khususnya Upacara Adat Tunggul
Wulung terhadap manusia (masyarakat) di Kelurahan Sendang Agung?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa yang Dimaksud Manusia dan Budaya?
1.
Pengertian Manusia
Manusia Secara
bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi.
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan)
sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari
atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan
pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk
lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan
untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Dan juga manusia adalah ciptaan Tuhan
dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
2. Pengertian
Budaya
Budaya = cultuur (bahasa belanda) = culture
(bahasa Inggris) = tsaqofah (bahasa
Arab), berasal dari bahasa Latin “Colere”
yang artinya mengolah, mengerjakan menyuburkan dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture
sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Ditinjau dari sudut bahasa
Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta “Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa kata
budaya adalah sebagai perkembangan dari kata budidaya, yang berarti daya dan
budi. Maka dari itu dibedakanlah antara pengertian budaya dan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta karsa dan rasa, sedangkan budaya
merupakan hasil dari budaya atau hasil cipta, karsa dan rasa.
Selain itu terdapat tiga wujud
kebudayaan yaitu :
1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma,
peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak,
berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu
hidup.
2. Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia
dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang
saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap
saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem
sosial ini bersifat nyata atau konkret.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh
total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
2. Apa Fungsi Budaya bagi Manusia?
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat
besar bagi manusia dan masyarakat. Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat
tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat
itu sendiri. Karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan
yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala
kebutuhan.
Karsa masyarakat mewujudkan norma
dan nilai- nilai sosial yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam
pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan daya upaya manusia untuk melindungi
diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat. Untuk
menghadapi kekuatan- kekuatan yang buruk, manusia terpaksa melindungi diri
dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di
dalam pergaulan hidup.
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat
mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap
kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar
manusia atau kelompok
2. Wadah untuk menyakurkan
perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
3. Pembimbing kehidupan manusia
4. Pembeda antar manusia dan
binatang
Kebudayaan mengatur supaya manusia
dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya
kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya,
akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan merupakan
suatu perilaku pribadi yang berarti kebiasaan orang seorang itu berbeda dari
kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah. Kebiasaan
menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu
ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
3. Unsur
– Unsur Apa Saja yang Memengaruhi Kebudayaan?
Suatu kebudayaan tidak akan pernah
ada tanpa adanya beberapa sistem yang mendukung terbentuknya suatu kebudayaan,
sistem ini kemudian disebut sebagai unsur yang membentuk dan memengaruhi sebuah
budaya, mulai dari bahasa, pengetahuan, teknologi dan lain lain. Semua itu
adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap kebudayaan untuk
menunjukkan eksistensi mereka.
1.Bahasa
Yaitu suatu sistem perlambangan yang
secara arbitrel dibentuk atas unsur – unsur bunyi ucapan manusia yang digunakan
sebagai gagasan sarana interaksi
2.
Sistem pengetahuan
Yaitu semua hal yang diketahui
manusia dalam suatu kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun sosialnya
menurut azas – azas susunan tertentu
3.
Organisasi sosial
Yaitu keseluruhan sistem yang
mengatur semua aspek kehidupan masyarakat dan merupakan salah satu dari unsur
kebudayaan universal
4.
Sistem peralatan hidup dan teknologi
Yaitu rangkaian konsep serta
aktivitas mengenai pengadaan, pemeliharaan, dan penggunaan sarana hidup manusia
dalam kebudayaannya
5.
Sistem mata pencarian hidup
Yaitu rangkaian aktivitas masyarakat
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam konteks kebudayaan
6.
Kesenian
Yaitu suatu sistem keindahan yang
didapatkan dari hasil kebudayaan serta memiliki nilai dan makna yang mendukung
eksistensi kebudayaan tersebut
7.
Sistem religi
Yaitu rangkaian keyakinan mengenai alam gaib, aktivitas
upacaranya serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi manusia dengan
kekuatan alam gaib
- Bagaimana Hubungan Manusia dengan Kebudayaan?
Akal budi merupakan kelebihan yang
dimiliki oleh manusia. Akal adalah kemampuan dari manusia untuk berfikir sebagai
kodrat. Budi artinya akal atau suatu
bagian dari kata hati manusia yang berupa panduan akal serta perasaan yang
mampu membedakan baik dan buruk. Dengan akal dan budi
inilah manusia mampu menciptakan bebagai hal antara lain :
- Menciptakan
- Kreasi
- Memperlakukan
- Memperbaruhi
- Memperbaiki
- Mengembangkan
- Meningkatkan sesuatu
Sedangkan ditinjau dari
sudut Antropologi, manusia dapat diklarifikasi dari dua jenis:
- Manusia sebagai
makhluk biologi
- Manusia sebagai
makhluk sosio-budaya
Manusia sebagai makhluk biologi bahwa manusia dapat dipelajari dari sisi ilmu biologi dan anatomi.
Manusia sebagai makhluk sosio-budaya, bahwa manusia dipelajari
dalam sudut pandang Antropologi budaya. Antropologi budaya sendiri menyelidiki
mengenai seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia menggunakan akal budi
dan struktur fisiknya untuk mengubah lingkungannya berdasarkan
pengalaman. Juga memahami serta menuliskan kebudayaan yang terdapat dalam
masyarakat manusia.
Pada akhirnya terdapat
suatu konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisis masalah-masalah
hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberikan gambaran
bahwa hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedangkan pada hewan tidak
memiliki kemampuan tersebut
Apabila diteliti dengan
sungguh-sungguh perbedaan akan tampak pada hakikat manusia, yaitu sesuatu yang
tidak dimiki oleh hewan manapun tetapi hanya ada pada manusia. Sesuatu yang
membedakan secara mutlak antara keduanya. Ialah jiwa, manusia mempunya jiwa
sedangnkan hewan tidak memilikinya.
Manusia yang mempunyai
jiwa, mempunyai pula kebudayaan. Hewan yang tidak mempunyai jiwa tidak pula
akan mempunyai kebudayaan. Kesimpulannya: jiwa yang sesungguhnya memyebabkan
adanya kebudayaan. Yang membedakan manusia dan hewan secara abstrak adalah jiwa
yang merupakan sumber dan ciptaan kebudayaan
Manusia sangat erat kaitannya dengan
kebudayaan. Begitupun sebaliknya. Manusia yang membuat kebudayaan. Dan hampir
setiap tingkah laku manusia itu adalah kebudayaan. Dalam Sosiologi manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal. Maksudnya adalah walaupun keduanya
berbeda, tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dengannya. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam
menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
Dari sisi lain, hubungan antara
manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialegtis, maksudnya adalah saling
terkait satu dengan yang lainnya. Proses dialegtis ini tercipta melalui tiga
tahap, yaitu:
1.
Eksternalisasi, yaitu
proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2.
Obyektivasi, yaitu
proses dimana manusia menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang
terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
3.
Internalisasi, yaitu
proses dimana manusia sergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia
mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik,
sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Manusia dan kebudayaan merupakan
salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Definisi kebudyaan itu sendiri
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita
nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu
bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Manusia dan kebudayaan pada
hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari
seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat
kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
1) penganut kebudayaan
2) pembawa kebudayaan
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan
5. Apa Arti dan Tujuan Kebudayaan Khususnya Upacara Adat Tunggul
Wulung terhadap Manusia (Masyarakat) di Kelurahan Sendang Agung?
Upacara Adat Tunggul Wulung
adalah upacara bersih desa yang terdapat di Desa Sendang Agung, Minggir,
Sleman, Yogyakarta. Upacara adat ini
memusatkan "pemujaan" kepada tokoh Ki Ageng Tunggul Wulung,
yang dipercayai sebagai leluhur dari Kerajaan Majapahit. Penyelenggaraan acara
ini terkait juga dengan keberhasilan panen raya penduduk setempat.
Upacara adat
Bersih Desa ini secara umum memang untuk meminta keselamatan dan kesejahteraan
kepada Yang Maha Agung. Namun dalam kenyataannya, masyarakat masih kuat
mempercayai "kekuatan gaib", termasuk arwah nenek moyang atau leluhur.
Masyarakat akan merasa tenang setelah melakukan upacara adat tersebut karena
dengan demikian mereka akan memperoleh keselamatan dan "kekuatan"
yang dianggap melebihi kekuatan diri sendiri. Yang penting adalah bahwa
masyarakat harus mengadakan upacara walaupun hanya sederhana, sebab kalau
sampai tidak menjalani upacara orang akan merasa khawatir atas keselamatannya.
Tujuan lain yang umum dikenal
dan dilakukan oleh masyarakat Desa Sendang Agung adalah, sebagai berikut:
1. Terpadunya rasa keutuhan dan persatuan warga
2. Kebersihan lingkungan dapat terjamin
3. Kondisi desa dan masyarakat diberikan ketentraman lahir batin,
4. Terhindar dan bencana alam
5. Terhindar dari serangan hama, sehingga dapat diberikan hasil yang berlimpah.
1. Terpadunya rasa keutuhan dan persatuan warga
2. Kebersihan lingkungan dapat terjamin
3. Kondisi desa dan masyarakat diberikan ketentraman lahir batin,
4. Terhindar dan bencana alam
5. Terhindar dari serangan hama, sehingga dapat diberikan hasil yang berlimpah.
Tujuan-tujuan tersebut diperoleh
secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Penyebaran di antara masyarakat
sendiri berlangsung secara gethok tular (dari mulut ke mulut).
Berkaitan dengan waktu pelaksanaan, bulannya dapat ditentukan sendiri, hanya
saja harinya ditetapkan pada hari Jumat Pon yang dipercaya sebagai hari yang
dikeramatkan oleh Ki Ageng Tunggul Wulung. Selain itu, panen rendhengan
(musim penghujan) ikut menentukan waktu pelaksanaan upacara. Sebagai pelengkap
unsur upacara adat, diadakan tarian tradisional Tayub dan minuman arak.
Upacara adat
Tunggul Wulung atau Bersih Desa Sendang Agung ini dimulai dari zaman kehancuran
Kerajaan Majapahit dan mulai masuknya Islam di Nusantara. Banyak kerabat atau
punggawa kerajaan yang tidak menerima kehadiran Islam karena telah menganut
Hindu. Saat itu di pulau Jawa telah muncul kerajaan Islam, yaitu Demak yang
dipimpin oleh Sultan Trenggono dengan penasehat para Wali Sanga. Kerajaan
Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya sedang mengalami kemunduran dan
kesempatan itu digunakan untuk memasukkan ajaran Islam di Majapahit dengan
jalan menjodohkan putri Brawijaya dengan putra Demak, yaitu Adipati Terung.
Kemudian
periode penyebaran Islam di Majapahit dimulai. Banyak kerabat dan punggawa
kerajaan Majapahit yang meninggalkan kerajaan termasuk Ki Ageng Tunggul Wulung.
Ki Ageng Tunggul Wulung pergi dari Majapahit dengan tujuh pengawal termasuk
istrinya, yaitu Raden Ayu Gadhung Mlati, tidak ketinggalan Raden Sutejo dan
Raden Purworejo yang bersifat kajiman (tidak kasat mata) yang selalu
menyertai perjalanan Ki Ageng Tunggul Wulung. Di samping itu, perjalanan Ki
Ageng Tunggul Wulung juga disertai oleh abdi dalem kinasih yang bernama Nyai
Dakiyah.
Perjalanan Ki
Ageng Tunggul Wulung menuju ke Barat dan tiba di Dusun Beji (Diro) di mana kemudian
ia membuat pesanggrahan (kraton kecil) yang masih dapat ditemukan
sisa-sisa peninggalan berupa patung pepethan lembu Andhini dan sapi
Gumarang. Pada suatu malam Jumat Pon, Ki Ageng Tunggul Wulung memohon petunjuk
kepada Yang Maha Agung di bawah pohon Timoho di dekat Sungai Progo. Ki Ageng
Tunggul Wulung serta istri dan tujuh orang pengawalnya serta Nyai Dakiyah
akhirnya mokswa (musnah atau hilang beserta raganya atau hilang tanpa
bekas), demikian pula binatang peliharaan Ki Ageng, yaitu burung perkutut,
burung gemak, macan gembong, macan kumbang, macan putih, nogo ijo, nogo ireng,
dan ayam jago "wiring kuning".
Tempat mokswa
Ki Ageng Tunggul Wulung tersebut kemudian dibuatkan nisan seperti layaknya
makam, dan diyakini masyarakat banyak sebagai tempat yang keramat atau wingit
(memiliki daya magis), sehingga banyak orang yang berziarah di
"makam" ini.
Tradisi
tayuban di wilayah ini dimulai dari seorang ledhek
(penari perempuan) yang mencari penglaris agar bila menari ledhek tersebut
mendapatkan banyak rezeki. Kemudian ledhek tersebut tirakat (laku
prihatin) di komplek makam Ki Ageng Tunggul Wulung, tetapi kemudian hilang
tidak diketahui rimbanya. Masyarakat menyakini bahwa ledhek yang bernama Raden
Nganten Sari Wanting tadi kemudian menghilang karena disukai oleh Ki
Ageng Tunggul Wulung.
Pada
perkembangan selanjutnya setiap Upacara Bersih Desa diadakan kenduri selamatan
baik di makam maupun di rumah Juru Kunci yang kemudian dilanjutkan dengan
tayuban dengan diiringi gendhing "Sekar Gadhung" dan sang ledhek
menari tanpa diibing, karena menurut keyakinan yang ngibing adalah Ki Ageng
Tunggul Wulung.
Upacara adat
Tunggul Wulung atau Bersih Desa Sendang Agung dilaksanakan di lokasi
"makam" Ki Ageng Tunggul Wulung, yaitu di Dusun Dukuhan XIII, Desa
Sendang Agung, Kecamatan Minggir, Sleman. Selain itu, juga diadakan upacara di
rumah Juru Kunci "makam" tersebut. Dalam kaitannya dengan prosesi
upacara adat, sebenarnya ada juga tempat lain yang dapat disebutkan, yaitu
Dusun Diro (Desa Sendang Agung, Minggir, Sleman) sebagai tempat awal sebelum
dilakukan kirab menuju ke Dusun Dukuhan XIII.
Upacara adat
secara umum dipimpin oleh Juru Kunci dalam hal penentuan waktu upacara,
orang-orang yang terlibat, dan persiapan upacara. Khusus pemimpin kenduri, di
makam, dipimpin oleh Juru Kunci dan di rumah Juru Kunci, dipimpin oleh Kaum atau Rois. (pemuka agama)
Peralatan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan upacara meliputi :
- Goci dan sloki, sebagai wadah minuman yang dipersembahkan bagi Ki Ageng Tunggul Wulung,
- Padi satu unting, sebagai lambang hasil panenan yang berlimpah,
- Gamelan laras slendro, untuk mengiringi tarian ledhek pada saat tayuban (Ladrang Sekar Gadhung),
- Selendang atau sampur, sebagai kelengkapan menari ledhek.
- Goci dan sloki, sebagai wadah minuman yang dipersembahkan bagi Ki Ageng Tunggul Wulung,
- Padi satu unting, sebagai lambang hasil panenan yang berlimpah,
- Gamelan laras slendro, untuk mengiringi tarian ledhek pada saat tayuban (Ladrang Sekar Gadhung),
- Selendang atau sampur, sebagai kelengkapan menari ledhek.
Adapun isi sesaji yang diperlukan sebagai pelengkap kenduri adalah:
- Tumpeng sekul wuduk, sebagai lambang kekuasaan manusia senantiasa di bawah Yang Maha Agung
- Lalapan
- Nasi golong, sebagai lambang gumolonging atau kebulatan tekad manembah kepada Yang Maha Agung
- Pisang raja setangkep
- Tukon pasar
- Ingkung "wiring kuning", dari ayam jago sebagai lambang manekung kepada Yang Maha Agung
- Kopi, arak, kinang, dan rokok cerutu
- Tumpeng sekul wuduk, sebagai lambang kekuasaan manusia senantiasa di bawah Yang Maha Agung
- Lalapan
- Nasi golong, sebagai lambang gumolonging atau kebulatan tekad manembah kepada Yang Maha Agung
- Pisang raja setangkep
- Tukon pasar
- Ingkung "wiring kuning", dari ayam jago sebagai lambang manekung kepada Yang Maha Agung
- Kopi, arak, kinang, dan rokok cerutu
Kirab upacara adat Tunggul Wulung ini mempunyai prosesi tersendiri,
yaitu:
1. Prajurit dan Dusun Dukuhan berjumlah 40 orang dengan manggalayuda
2. Kelompok kesepuhan Dukuhan berjumlah 7 orang
3. Para pemikul pusaka pemberian Ki Ageng Tunggul Wulung
4. Klangenan Ki Ageng antara lain: perkutut, gemak, macan, ular, dan lain-lain
5. Prajurit pembawa pusaka pengiring, diantaranya: prajurit dari Dusun Dukuhan XII berjumlah 30 orang yang dipimpin oleh seorang pandega (komandan) prajurit dengan membawa pedang-tameng
6. Penabuh drum, simbal, dan trompet berjumlah 10 orang
7. Para pemikul sesaji (dari RT/RW Tengahan X, XI, XII, dan Dukuhan serta dari tingkat desa dan kecamatan),
8. Kelompok Jathilan, dari Minggir II Jati Kebar
9. Arak-arakan hasil bumi dengan dimuat dalam keseran yang dihias, dari Dukuhan X, XI, dan XII, Tengahan, Diro, petani sekitar Desa-desa se Kecamatan Minggir
10. Kelompok kesenian dari Dusun Brajan,
11. Para kepala desa dan punggawa kecamatan
12. Kelompok kesenian Trengganon dari Parakan Sendang Sari
13. Para kepala dusun Sendang Mulyo dan Sendang Agung yang berbusana kejawen lengkap
14. Jathilan Jawa dari Kedung Prau Sendangrejo (Minggir) berbusana wayang orang lengkap
15. Warga masyarakat dan tokoh masyarakat Dukuhan berbusana kejawen lengkap
16. Jathilan Rapak dari Dusun Kliran
17. Warga masyarakat pendherek dari Dusun Diro dan tokoh-tokoh masyarakat pembawa hasil bumi
18. Jathilan dari Plembon
19. Warga masyarakat umum.
1. Prajurit dan Dusun Dukuhan berjumlah 40 orang dengan manggalayuda
2. Kelompok kesepuhan Dukuhan berjumlah 7 orang
3. Para pemikul pusaka pemberian Ki Ageng Tunggul Wulung
4. Klangenan Ki Ageng antara lain: perkutut, gemak, macan, ular, dan lain-lain
5. Prajurit pembawa pusaka pengiring, diantaranya: prajurit dari Dusun Dukuhan XII berjumlah 30 orang yang dipimpin oleh seorang pandega (komandan) prajurit dengan membawa pedang-tameng
6. Penabuh drum, simbal, dan trompet berjumlah 10 orang
7. Para pemikul sesaji (dari RT/RW Tengahan X, XI, XII, dan Dukuhan serta dari tingkat desa dan kecamatan),
8. Kelompok Jathilan, dari Minggir II Jati Kebar
9. Arak-arakan hasil bumi dengan dimuat dalam keseran yang dihias, dari Dukuhan X, XI, dan XII, Tengahan, Diro, petani sekitar Desa-desa se Kecamatan Minggir
10. Kelompok kesenian dari Dusun Brajan,
11. Para kepala desa dan punggawa kecamatan
12. Kelompok kesenian Trengganon dari Parakan Sendang Sari
13. Para kepala dusun Sendang Mulyo dan Sendang Agung yang berbusana kejawen lengkap
14. Jathilan Jawa dari Kedung Prau Sendangrejo (Minggir) berbusana wayang orang lengkap
15. Warga masyarakat dan tokoh masyarakat Dukuhan berbusana kejawen lengkap
16. Jathilan Rapak dari Dusun Kliran
17. Warga masyarakat pendherek dari Dusun Diro dan tokoh-tokoh masyarakat pembawa hasil bumi
18. Jathilan dari Plembon
19. Warga masyarakat umum.
Pada akhir
upacara, biasanya diselenggarakan pagelaran wayang kulit dengan lakon cerita
"Makukuhani" atau "Sri Mulih" atau "Sri Boyong"
yang mengisahkan legenda Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran agar terus
bersemayam di dusun tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan manusia dan kebudayaan adalah
sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia. Manusia dan kebudayaan dinilai
sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan
tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya. Bagaimana fungsi budaya
bagi manusia, unsur – unsur yang memengaruhi kebudayaan, hubungan manusia dengan
kebudayaan, serta arti dan tujuan kebudayaan khususnya Upacara Adat Tunggul
Wulung terhadap manusia (masyarakat) di Kelurahan Sendang Agung adalah untuk
meminta keselamatan, kesejahteraan, dan panen yang melimpah kepada Yang Maha
Agung.
B. Saran
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu
kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan
kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Maka dari itu, sebagai manusia yang
berbudaya kita harusnya mampu untuk terus dan tetap berbudaya sebagaimana
hakikat kita sebagai manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Daeng , Hans. 2012. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan ‘Tinjauan
Antropologis’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Poerwanto, Hari. 2010. Kebudayaan dan lingkungan ‘Dalam Perspektif Antropologi’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Meinarno, Eko, dkk. 2011.
Manusia dalam kebudayaan dan masyarakat
‘Pandangan Antropologi dan Sosiologi’. Jakarta: Salemba Humanika
https://gudeg.net/id/directory/72/338/Bersih-Desa-Sendang-Agung.html. Dicari
tanggal 19 November 2014