Selasa, 20 Januari 2015

Manusia dan Kebudayaan Upacara Adat Tunggul Wulung



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan.
Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki kebudayaan yang  masing-masing. Sebagai contoh kebudayaan yang terdapat di Kelurahan Sendang Agung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Upacara Adat Tunggul Wulung yang telah berlangsung secara turun-temurun dan selalu diperingati setiap tahunnya.
B.     Rumusan Masalah
1.       Apa yang dimaksud manusia dan budaya?
2.      Apa fungsi budaya bagi manusia?
3.      Unsur – unsur apa saja yang memengaruhi kebudayaan?
4.      Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
5.      Apa arti dan tujuan kebudayaan khususnya Upacara Adat Tunggul Wulung terhadap manusia (masyarakat) di Kelurahan Sendang Agung?











BAB II
PEMBAHASAN
1.      Apa yang Dimaksud Manusia dan Budaya?
1.      Pengertian Manusia
Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Dan juga manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
2.      Pengertian Budaya
Budaya = cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqofah (bahasa Arab), berasal dari bahasa Latin “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta “Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai perkembangan dari kata budidaya, yang berarti daya dan budi. Maka dari itu dibedakanlah antara pengertian budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta karsa dan rasa, sedangkan budaya merupakan hasil dari budaya atau hasil cipta, karsa dan rasa.
Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.
2. Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.  
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
2.      Apa Fungsi Budaya bagi Manusia?
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.
Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai- nilai sosial yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan daya upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat. Untuk menghadapi kekuatan- kekuatan yang buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
3. Pembimbing kehidupan manusia
4. Pembeda antar manusia dan binatang
Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan merupakan suatu perilaku pribadi yang berarti kebiasaan orang seorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah. Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
3.      Unsur – Unsur Apa Saja yang Memengaruhi Kebudayaan?
Suatu kebudayaan tidak akan pernah ada tanpa adanya beberapa sistem yang mendukung terbentuknya suatu kebudayaan, sistem ini kemudian disebut sebagai unsur yang membentuk dan memengaruhi sebuah budaya, mulai dari bahasa, pengetahuan, teknologi dan lain lain. Semua itu adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap kebudayaan untuk menunjukkan eksistensi mereka.

1.Bahasa
Yaitu suatu sistem perlambangan yang secara arbitrel dibentuk atas unsur – unsur bunyi ucapan manusia yang digunakan sebagai gagasan sarana interaksi
2. Sistem pengetahuan
Yaitu semua hal yang diketahui manusia dalam suatu kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun sosialnya menurut azas – azas susunan tertentu
3. Organisasi sosial
Yaitu keseluruhan sistem yang mengatur semua aspek kehidupan masyarakat dan merupakan salah satu dari unsur kebudayaan universal
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Yaitu rangkaian konsep serta aktivitas mengenai pengadaan, pemeliharaan, dan penggunaan sarana hidup manusia dalam kebudayaannya
5. Sistem mata pencarian hidup
Yaitu rangkaian aktivitas masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam konteks kebudayaan
6. Kesenian
Yaitu suatu sistem keindahan yang didapatkan dari hasil kebudayaan serta memiliki nilai dan makna yang mendukung eksistensi kebudayaan tersebut
 7. Sistem religi
Yaitu rangkaian keyakinan mengenai alam gaib, aktivitas upacaranya serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi manusia dengan kekuatan alam gaib
  1. Bagaimana Hubungan Manusia dengan Kebudayaan?
Akal budi merupakan kelebihan yang dimiliki oleh manusia. Akal adalah kemampuan dari manusia untuk berfikir sebagai kodrat. Budi artinya akal  atau suatu bagian dari kata hati manusia yang berupa panduan akal serta perasaan yang mampu membedakan baik dan buruk. Dengan akal dan budi inilah manusia mampu menciptakan bebagai hal antara lain  :
- Menciptakan
- Kreasi
- Memperlakukan
- Memperbaruhi
- Memperbaiki
- Mengembangkan
- Meningkatkan sesuatu
Sedangkan ditinjau dari sudut Antropologi, manusia dapat diklarifikasi dari dua jenis:
- Manusia sebagai makhluk biologi
- Manusia sebagai makhluk sosio-budaya
Manusia sebagai makhluk biologi  bahwa manusia dapat dipelajari dari sisi ilmu biologi dan anatomi.
Manusia sebagai makhluk sosio-budaya, bahwa manusia dipelajari dalam sudut pandang Antropologi budaya. Antropologi budaya sendiri menyelidiki mengenai seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia menggunakan akal budi dan struktur fisiknya untuk mengubah lingkungannya berdasarkan pengalaman.  Juga memahami serta menuliskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.
Pada akhirnya terdapat suatu konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisis masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberikan gambaran bahwa hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedangkan pada hewan tidak memiliki kemampuan tersebut
Apabila diteliti dengan sungguh-sungguh perbedaan akan tampak pada hakikat manusia, yaitu sesuatu yang tidak dimiki oleh hewan manapun tetapi hanya ada pada manusia. Sesuatu yang membedakan secara mutlak antara keduanya. Ialah jiwa, manusia mempunya jiwa sedangnkan hewan tidak memilikinya.
Manusia yang mempunyai jiwa, mempunyai pula kebudayaan. Hewan yang tidak mempunyai jiwa tidak pula akan mempunyai kebudayaan. Kesimpulannya: jiwa yang sesungguhnya memyebabkan adanya kebudayaan. Yang membedakan manusia dan hewan secara abstrak adalah jiwa yang merupakan sumber dan ciptaan kebudayaan
Manusia sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Begitupun sebaliknya. Manusia yang membuat kebudayaan. Dan hampir setiap tingkah laku manusia itu adalah kebudayaan. Dalam Sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal. Maksudnya adalah walaupun keduanya berbeda, tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialegtis, maksudnya adalah saling terkait satu dengan yang lainnya. Proses dialegtis ini tercipta melalui tiga tahap, yaitu:
1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana manusia menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
3. Internalisasi, yaitu proses dimana manusia sergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Definisi kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
1) penganut kebudayaan
2)  pembawa kebudayaan
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan 




5.      Apa Arti dan Tujuan Kebudayaan Khususnya Upacara Adat Tunggul Wulung terhadap Manusia (Masyarakat) di Kelurahan Sendang Agung?
Upacara Adat Tunggul Wulung adalah upacara bersih desa yang terdapat di Desa Sendang Agung, Minggir, Sleman, Yogyakarta. Upacara adat ini  memusatkan "pemujaan" kepada tokoh Ki Ageng Tunggul Wulung, yang dipercayai sebagai leluhur dari Kerajaan Majapahit. Penyelenggaraan acara ini terkait juga dengan keberhasilan panen raya penduduk setempat.
Upacara adat Bersih Desa ini secara umum memang untuk meminta keselamatan dan kesejahteraan kepada Yang Maha Agung. Namun dalam kenyataannya, masyarakat masih kuat mempercayai "kekuatan gaib", termasuk arwah nenek moyang atau leluhur. Masyarakat akan merasa tenang setelah melakukan upacara adat tersebut karena dengan demikian mereka akan memperoleh keselamatan dan "kekuatan" yang dianggap melebihi kekuatan diri sendiri. Yang penting adalah bahwa masyarakat harus mengadakan upacara walaupun hanya sederhana, sebab kalau sampai tidak menjalani upacara orang akan merasa khawatir atas keselamatannya.
Tujuan lain yang umum dikenal dan dilakukan oleh masyarakat Desa Sendang Agung adalah, sebagai berikut:
1. Terpadunya rasa keutuhan dan persatuan warga
2. Kebersihan lingkungan dapat terjamin
3.  Kondisi desa dan masyarakat diberikan ketentraman lahir batin,
4. Terhindar dan bencana alam
5. Terhindar dari serangan hama, sehingga dapat diberikan hasil yang berlimpah.
Tujuan-tujuan tersebut diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Penyebaran di antara masyarakat sendiri berlangsung secara gethok tular (dari mulut ke mulut). Berkaitan dengan waktu pelaksanaan, bulannya dapat ditentukan sendiri, hanya saja harinya ditetapkan pada hari Jumat Pon yang dipercaya sebagai hari yang dikeramatkan oleh Ki Ageng Tunggul Wulung. Selain itu, panen rendhengan (musim penghujan) ikut menentukan waktu pelaksanaan upacara. Sebagai pelengkap unsur upacara adat, diadakan tarian tradisional Tayub dan minuman arak.
Upacara adat Tunggul Wulung atau Bersih Desa Sendang Agung ini dimulai dari zaman kehancuran Kerajaan Majapahit dan mulai masuknya Islam di Nusantara. Banyak kerabat atau punggawa kerajaan yang tidak menerima kehadiran Islam karena telah menganut Hindu. Saat itu di pulau Jawa telah muncul kerajaan Islam, yaitu Demak yang dipimpin oleh Sultan Trenggono dengan penasehat para Wali Sanga. Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya sedang mengalami kemunduran dan kesempatan itu digunakan untuk memasukkan ajaran Islam di Majapahit dengan jalan menjodohkan putri Brawijaya dengan putra Demak, yaitu Adipati Terung.
Kemudian periode penyebaran Islam di Majapahit dimulai. Banyak kerabat dan punggawa kerajaan Majapahit yang meninggalkan kerajaan termasuk Ki Ageng Tunggul Wulung. Ki Ageng Tunggul Wulung pergi dari Majapahit dengan tujuh pengawal termasuk istrinya, yaitu Raden Ayu Gadhung Mlati, tidak ketinggalan Raden Sutejo dan Raden Purworejo yang bersifat kajiman (tidak kasat mata) yang selalu menyertai perjalanan Ki Ageng Tunggul Wulung. Di samping itu, perjalanan Ki Ageng Tunggul Wulung juga disertai oleh abdi dalem kinasih yang bernama Nyai Dakiyah.
Perjalanan Ki Ageng Tunggul Wulung menuju ke Barat dan tiba di Dusun Beji (Diro) di mana kemudian ia membuat pesanggrahan (kraton kecil) yang masih dapat ditemukan sisa-sisa peninggalan berupa patung pepethan lembu Andhini dan sapi Gumarang. Pada suatu malam Jumat Pon, Ki Ageng Tunggul Wulung memohon petunjuk kepada Yang Maha Agung di bawah pohon Timoho di dekat Sungai Progo. Ki Ageng Tunggul Wulung serta istri dan tujuh orang pengawalnya serta Nyai Dakiyah akhirnya mokswa (musnah atau hilang beserta raganya atau hilang tanpa bekas), demikian pula binatang peliharaan Ki Ageng, yaitu burung perkutut, burung gemak, macan gembong, macan kumbang, macan putih, nogo ijo, nogo ireng, dan ayam jago "wiring kuning".
Tempat mokswa Ki Ageng Tunggul Wulung tersebut kemudian dibuatkan nisan seperti layaknya makam, dan diyakini masyarakat banyak sebagai tempat yang keramat atau wingit (memiliki daya magis), sehingga banyak orang yang berziarah di "makam" ini.
Tradisi tayuban di wilayah ini dimulai dari seorang ledhek (penari perempuan) yang mencari penglaris agar bila menari ledhek tersebut mendapatkan banyak rezeki. Kemudian ledhek tersebut tirakat (laku prihatin) di komplek makam Ki Ageng Tunggul Wulung, tetapi kemudian hilang tidak diketahui rimbanya. Masyarakat menyakini bahwa ledhek yang bernama Raden Nganten Sari Wanting tadi kemudian menghilang karena disukai oleh Ki Ageng Tunggul Wulung.
Pada perkembangan selanjutnya setiap Upacara Bersih Desa diadakan kenduri selamatan baik di makam maupun di rumah Juru Kunci yang kemudian dilanjutkan dengan tayuban dengan diiringi gendhing "Sekar Gadhung" dan sang ledhek menari tanpa diibing, karena menurut keyakinan yang ngibing adalah Ki Ageng Tunggul Wulung.
Upacara adat Tunggul Wulung atau Bersih Desa Sendang Agung dilaksanakan di lokasi "makam" Ki Ageng Tunggul Wulung, yaitu di Dusun Dukuhan XIII, Desa Sendang Agung, Kecamatan Minggir, Sleman. Selain itu, juga diadakan upacara di rumah Juru Kunci "makam" tersebut. Dalam kaitannya dengan prosesi upacara adat, sebenarnya ada juga tempat lain yang dapat disebutkan, yaitu Dusun Diro (Desa Sendang Agung, Minggir, Sleman) sebagai tempat awal sebelum dilakukan kirab menuju ke Dusun Dukuhan XIII.
Upacara adat secara umum dipimpin oleh Juru Kunci dalam hal penentuan waktu upacara, orang-orang yang terlibat, dan persiapan upacara. Khusus pemimpin kenduri, di makam, dipimpin oleh Juru Kunci dan di rumah Juru Kunci, dipimpin oleh Kaum atau Rois. (pemuka agama)
Peralatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upacara meliputi :
- Goci dan sloki, sebagai wadah minuman yang dipersembahkan bagi Ki Ageng Tunggul Wulung,
- Padi satu unting, sebagai lambang hasil panenan yang berlimpah,
- Gamelan laras slendro, untuk mengiringi tarian ledhek pada saat tayuban (Ladrang Sekar Gadhung),
- Selendang atau sampur, sebagai kelengkapan menari ledhek.
Adapun isi sesaji yang diperlukan sebagai pelengkap kenduri adalah:
- Tumpeng sekul wuduk, sebagai lambang kekuasaan manusia senantiasa di bawah Yang Maha Agung
- Lalapan
- Nasi golong, sebagai lambang gumolonging atau kebulatan tekad manembah kepada Yang Maha Agung
- Pisang raja setangkep
- Tukon pasar
- Ingkung "wiring kuning", dari ayam jago sebagai lambang manekung kepada Yang Maha Agung
- Kopi, arak, kinang, dan rokok cerutu
Kirab upacara adat Tunggul Wulung ini mempunyai prosesi tersendiri, yaitu:
1. Prajurit dan Dusun Dukuhan berjumlah 40 orang dengan manggalayuda
2. Kelompok kesepuhan Dukuhan berjumlah 7 orang
3. Para pemikul pusaka pemberian Ki Ageng Tunggul Wulung
4. Klangenan Ki Ageng antara lain: perkutut, gemak, macan, ular, dan lain-lain
5. Prajurit pembawa pusaka pengiring, diantaranya: prajurit dari Dusun Dukuhan XII berjumlah 30 orang yang dipimpin oleh seorang pandega (komandan) prajurit dengan membawa pedang-tameng
6. Penabuh drum, simbal, dan trompet berjumlah 10 orang
7. Para pemikul sesaji (dari RT/RW Tengahan X, XI, XII, dan Dukuhan serta dari tingkat desa dan kecamatan),
8. Kelompok Jathilan, dari Minggir II Jati Kebar
9. Arak-arakan hasil bumi dengan dimuat dalam keseran yang dihias, dari Dukuhan X, XI, dan XII, Tengahan, Diro, petani sekitar Desa-desa se Kecamatan Minggir
10. Kelompok kesenian dari Dusun Brajan,
11. Para kepala desa dan punggawa kecamatan
12. Kelompok kesenian Trengganon dari Parakan Sendang Sari
13. Para kepala dusun Sendang Mulyo dan Sendang Agung yang berbusana kejawen lengkap
14. Jathilan Jawa dari Kedung Prau Sendangrejo (Minggir) berbusana wayang orang lengkap
15. Warga masyarakat dan tokoh masyarakat Dukuhan berbusana kejawen lengkap
16. Jathilan Rapak dari Dusun Kliran
17. Warga masyarakat pendherek dari Dusun Diro dan tokoh-tokoh masyarakat pembawa hasil bumi
18. Jathilan dari Plembon
19. Warga masyarakat umum.
Pada akhir upacara, biasanya diselenggarakan pagelaran wayang kulit dengan lakon cerita "Makukuhani" atau "Sri Mulih" atau "Sri Boyong" yang mengisahkan legenda Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran agar terus bersemayam di dusun tersebut.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya. Bagaimana fungsi budaya bagi manusia, unsur – unsur yang memengaruhi kebudayaan, hubungan manusia dengan kebudayaan, serta arti dan tujuan kebudayaan khususnya Upacara Adat Tunggul Wulung terhadap manusia (masyarakat) di Kelurahan Sendang Agung adalah untuk meminta keselamatan, kesejahteraan, dan panen yang melimpah kepada Yang Maha Agung.
B. Saran
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Maka dari itu, sebagai manusia yang berbudaya kita harusnya mampu untuk terus dan tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita sebagai manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Daeng , Hans. 2012. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan ‘Tinjauan Antropologis’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Poerwanto, Hari. 2010. Kebudayaan dan lingkungan ‘Dalam Perspektif  Antropologi’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Meinarno, Eko, dkk. 2011. Manusia dalam kebudayaan dan masyarakat ‘Pandangan Antropologi dan Sosiologi’. Jakarta: Salemba Humanika